INFO

_______________________________________________________

ALDAKAWANASETA UDINUS LANGGANAN JUARA PANJAT DINDING


ALDAKA WANASETA UDINUS LANGGANAN JUARA PANJAT DINDING
Benar adanya jika terbukanya satu pintu keberhasilan akan disusul dengan terbukanya pintu-pintu keberhasilan lain. Seperti yang dialami Mohamad Hidayat anggota Aldaka Wanaseta Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) pecinta alam di kampus Universitas Dian Nuswantoro (Udinus). Setelah beberapa waktu yang lalu menjuarai Mentari wall climbing competition kelas mahasiswa putra yang diadakan di Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM), kemarin (5-8/9) Dayat juga berhasil memperoleh juara 2 di ajang Talaseta Fair kategori panjat dinding mahasiswa putera yang diselenggarakan oleh Universitas Pancasila Jakarta. Dia berhasil menyisihkan sebanyak 60 peserta dari berbagai Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) tingkat nasional.
Udinus sangat mengapresiasi seluruh mahasiswanya yang aktif dan berprestasi. Bahkan Dr., Ir Edi Noersasongko M.Kom Rektor Udinus menjanjikan beasiswa hingga lulus untuk mahasiswa yang berhasil menjuarai lomba tingkat internasional, beasiswa dua semester untuk kejuaraan tingkat nasional dan beasiswa satu semester untuk kejuaran tingkat regional provinsi. “Kampus bener-bener mendukung banget sama hobi saya panjat tebing. Nggak cuma ngasih tempat latihan sama biaya berangkat, bahkan gizi saya juga ditanggung kampus pas proses latihan,” tambah Dayat.
Bidang olahraga yang sudah ia tekuni sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) ini membuat mahasiswa jurusan S1 Manajemen Udius ini sudah hafal medan dinding atau tebing yang harus ia takhlukkan. Terhitung sejak bulan Mei 2016 lalu Dayat sudah memborong piala 3 kali dikategori lomba yang sama. (*Humas)


JUARA 2 : Mohammad Hidayat (bersalaman memegang piala) dinobatkan menajdi runner up ajang Talaseta Fair kategori panjat dinding mahasiswa  putra beberapa saat lalu. 

 HUMAS UDINUS
bisa dilihat di https://www.dinus.ac.id/getnews/1810/aldaka-wanaseta-udinus-langganan-juara-panjat-dinding

INFO BUAT CALON ANGGOTA ALDAKAWANASETA

Buat Calon anggota ALDAKAWANASETA untuk info dan materi pendidikan dasar angkatan XXIII bisa kalian download disini bro......!!
Pertemua I (Divisi Gunung Hutan)
http://www.mediafire.com/?egnghd2ftck4ns6 (pertemuan I)

Jadwal RALAT materi (perhatikan)
http://www.mediafire.com/view/?weh8md5g29gygst (perhatikan)
Panflet Diksar XXIII
http://www.mediafire.com/view/?qb17qpak6updqji

_______________________________________________________

Ini Dia Hasil Lengkap Mapalast Climbing Competition 2012

http://halosemarang.com/?p=39413
Setelah menempuh beberapa babak, panitia lomba panjat dinding Mapalast Climbing Competition mengumumkan beberapa nama yang berhak menjadi juara, Minggu (6/5) sore tadi. Untuk kategori lead putra, juara 1 diraih oleh  Erfanovia Arta dari Argajaladri (Unissula), juara 2 La Ode Jufri dari Himalaya (Unimus), dan juara 3 Dharma Yoga Nindra dari Aldakawanaseta (Udinus). 
    Selain juara 1, 2 dan 3 panitia juga mengumumkan siswa pecinta alam (Sispala) putra terbaik diraih oleh Humam Fatih Afif dari Sasma Dwipala ( SMA 2 Semarang). Sedangkan untuk kategori Lead Putri adalah juara 1 Karina Wahyuni Agustin dari Magipala, juara 2 Sriyati dari Himalaya (Unimus), juara 3 Ruami dari Pamafa (STIP Farming).

_______________________________________________________


POSSI Kota Semarang Sosialisasi ke Mapala ALDAKAWANASETA Udinus

SEMARANG, suaramerdeka.com - Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Kota Semarang menggandeng Divisi Selam Sarda Jateng melakukan sosialisasi ke sekolah dan universitas, salah satunya Udinus. Sosialisasi itu bertujuan untuk mengenalkan olahraga selam kepada mahasiswa.
Akhir pekan lalu, perwakilan dari POSSI dan Sarda Jateng memberikan materi berupa pengenalan alat-alat selam beserta cara perawatannya di kampus Udinus. Kemudian sebanyak 30 orang yang tergabung dalam mahasiswa pecinta alam Aldakawanaseta Udinus digiring ke Kolam Gong Semarang untuk penerapan hasil pematangan materi.
Para peserta diajarkan cara memakai peralatan selam yang benar, seperti masker, snorkel, fins, tabung. Kemudian mempraktekannya di kolam sembari didampingi panitia. Pada awalnya, mereka kesulitan dan takut. Namun setelah beradaptasi peserta engan untuk beranjak dari kolam.
"Pengenalan organisasi selam kepada para mahasiswa juga dilakukan. Kami berharap, melalui sosialisasi ini, dapat menciptakan peselam-peselam berbakat yang bisa diandalkan memperkuat Kota Semarang di berbagai <I>event<P> tingkat Jateng maupun nasional," jelas Ketua POSSI Kota Semarang Nur Hidayat.
Setelah pemberian materi di ruangan dan di kolam, rencananya para peserta akan diterjunkan langsung ke laut. Untuk hal ini, panitia memilih Pantai Ngebom Mororejo Kaliwungu Kabupaten Kendal. Pelaksanaannya akan dilakukan dua hari yakni pada Sabtu (25/2) dan Minggu (26/2).
Nur Hidayat menambahkan, praktek ke laut menjadi salah satu program pengenalan olahraga selam kepada masyarakat, pelajar, dan mahasiswa. Pasalnya dalam setiap event ada dua kategori yang diperlombakan, pertama adalah nomor laut dan kedua adalah nomor laut.
Selain itu, para peserta juga dikenalkan berbagai biota yang hidup di laut seperti terumbu karang dan berbagai jenis ikan konsumsi, hias, dan predator. Harapannya, selain menorehkan prestasi, mereka juga menumbuhkan jiwa kepedulian untuk melestarikan kehidupan di dalam laut.
(Hendra Setiawan/CN26)

 

Prestasi

PRESTASI ALDAKAWANASETA



ALDAKA WANASETA UDINUS LANGGANAN JUARA PANJAT DINDING

  1. Ekspedisi Timur Tahun 1994
  2. Ekspedisi Barat (Putri) Tahun 1996
  3. TWKM (Temu Wicara Kenal Medan) XII Trisakti Tahun 1999
  4. Peringkat Tujuh (7) besar Geo Wisata UGM Tahun 1998
  5. Peringkat Dua Puluh (20) besar Green Kangger Tingkat Nasional Tahun 1998
  6. Gladian Nasional XII Tahun 2001
  7. Juara Umum STMIK CUP I
  8. Juara I Machinal Climbing Competition Leed putra tahun 2007
  9. Juara II Machinal Climbing Competition Speed putri tahun 2007
  10. Juara II lomba lintas alam UGM CUP tahun 2008
  11. Juara I Speed Putri UNIKA Soegyapranoto 2009
  12. Juara II Lead Putri UNIKA Soegyopranoto 2009
  13. Juara I Lead Putri POM Rayon I 2009
  14. Juara II Speed Putri POM Rayon I 2009
  15. Juara III Lomba Panjat PengCab tahun 2010
  16. Juara III Mapalast Climbing Kompetisi Tahun 2012
  17. POM rayon juara I speed putra 2013
  18. POM rayonjuara III lead putra 2013
  19. juara II speed putra pengcab 2014
  20. juara III lead putra pengcab 2014
  21. Juara I Stand terbaik Di Udinus 2016
  22. TWKM (Temu Wicara Kenal Medan) 28 Mapala UMI Makassar Tahun 2016
  23. Juara II  Lead Putra Talaseta Fair Wall Climbing Tahun 2016
  24. TWKM (Temu Wicara Kenal Medan) 29 Marpala  Universitas Bung Karno tahun 2017
  25. Juara II Lead Mapala Putra Gemalawa Wall Climbing Competition 2 Se-Jateng - DIY 2017
  26. Juara II Lead Mapala Putri Gemalawa Wall Climbing Competition 2 Se-Jateng - DIY 2017
  27. Juara III Lead Mapala Putra Mitapasa Wall Climbing Competition Se-Jawa 2017
  28. Juara III Lead Mapala Putri Mitapasa Wall Climbing Competition Se-Jawa 2017
  29. Juara I Lomba Lintas Medan Mapala USM kategori Mapala Putra tahun 2017
  30. Juara II Lead Mapala Putri Mapasta Wall Climbing Competition  Nasional 2017
  31. Juara I Lead Mapala Putri Cartenz Wall Climbing Competition - XIII Nasional 2017
  32. Juara II Lead Mapala Putri Lomba Panjat Dinding Nasional 2017
  33. TWKM (Temu Wicara Kenal Medan) 30 Universitas Bung Hatta 2018
  34. Juara II Lead Mapala Putri Arkadia Sport Climbing Nasional 2018
  35. Juara III Lead Mapala Putri Gunadarma Wall Climbing Competition Nasional 2018
  36. Juara II Lead Mapala Putri JWCC Regional 2018

Panjat Tebing

Sejarah Rock Climbing


Pertama kali panjat tebing dikenal di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen. Tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun masih terbatas pada carabiner dan piton yang terbuat dari baja. Dan sejak itulah pendaki dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan teknik dan alat-alat baru dalam panjat tebing. Di Inggris sebelum perang dunia meletus, kegiatan panjat sangat dibatasi dalam penggunaan piton dengan alasan merusak lingkungan. Hal itulah yang menyebabkannya ketinggalan dari Jerman. Teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920.

Tahun 1970, para pemanjat Amerika mulai mengembangkan teknik baru di kawasan Yosemite. Memasuki tahun 1980 panjat tebing mulai terpisah dari induknya (mendaki gunung). Sementara di Indonesia sendiri panjat tebing mulai dikenal tahun 1960 yang dirintis oleh Mapala UI dan Wanadri diantaranya: Harry Suliztianto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, dan Deddy Hikmat yang memulai latihan di tebing Citatah Jawa Barat. Kantor kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga bekerja sama dengan Pusat Kebudayaan Perancis (CCP)tahun 1989 mengundang para pemanjat Perancis Patrick Bernhault, Jean Baptise Tribout dan Corriene Lebrune serta Jean Harau seorang instruktur teknis panjat tebing. Dan berdirinya FPTGI diikrarkan di tugu monas 21 April 1988 yang dilakukan sekitar 40-an orang dari berbagai OPA dari Jakarta, bandung, Padang, Medan, Semarang, Yogyakarta Surabaya dan Ujung Pandang.Kemudian FPTGI berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia). Dan tahun 1992 diakui sebagai anggota Union Internationale des Association d Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasai panjat tebing dan gunung Internasional. Tahun 1994 FPTI diakui sebagai induk olah raga panjat tebing oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan mulai ikut even pon sejak 1996.

Kontak Person :

1. Kepala Divisi    : M. Hidayat / Kremi
2. No. Telp.          : 085713202694

EXPLORASI GUA JOMBLANG ALAS



EXPLORASI GUA JOMBLANG ALAS

Kali ini kita akan membahas tentang explore Caving Aldakawanaseta beberapa waktu yang lalu,yaitu “Explorasi Gua Jomblang”.
Pertama-tama kita akan membahas dahulu tentang profil Gua Jomblang. Gua Jomblang merupakan gua vertical yang terletak di Wonosari,Gunung Kidul- Yogyakarta. Gua Ini memiliki diameter entrance (mulut gua) yang berbeda dari enterance gua-gua lainnya,karena entrance gua jomblang begitu besar yaitu +- 60m.Tetapi bukan hanya diameter entrancenya saja yang begitu besar,namun juga dengan variasi kedalaman gua tersebut.Kedalamannya mulai dari 10m,30m,50m dan bahkan kata narasumber ada yang mencapai 100m, itulah mungkin yang menjadikan Gua Jomblang menjadi tujuan para caver,karena keistimewaannya ini.
Oke,tadi sekapur sirih dari Gua Jomblang,sekarang kita lanjut ke explorasi Aldakawanaseta. Explorasi kali ini dipersoneli oleh Wahyu(Gepeng), Anna(Doro), Uyun(Wader), Adri(Bandeng), David(Gojeb), dan Nathan(Codot). Sebenarnya Tujuan Explorasi yaitu Gua Kayu Ares yang terletak di Parang Endog - Yogyakarta,namun karena gua tersebut tidak bisa ditelusur karena factor alam,maka kami berpindah ke Gua Jomblang. Kami berangkat dari Semarang menuju Parangndog-Yogyakarta sekitar jam 15.00 WIB dan sampai pukul 19.30WIB,dan karena gua Kayu Ares tidak bisa disusur,maka kami memutuskan untuk mengexplorasi gua Jomblang pada keesokan harinya.Pagi harinya pukul 08.00WIB, kami melanjutkan perjalanan menuju Gua Jomblang yang ditempuh dalam waktu ±3 jam. Sesampainya di basecamp gua jomblang yang bertempat di rumah kepala dusun yang dipanggil “Pak Brewok”,kami meminta ijin untuk menelusur gua jomblang dan istirahat sejenak.
Setelah cukup beristirahat dan memulihkan tenaga, pukul 14.30 WIB kami langsung persiapan dan berangkat menuju lokasi penelusuran yang ditempuh selama ±30menit menggunakan motor. Sesampainya di lokasi,kami langsung melakukan pembagian tugas untuk explorasi.
Doro as rigging man,Codot as Cleaning, Gojeb as deviator, Wader dan Gepeng as Penyusur ke-2 dan ke-3. Pertama-tama,Doro membuat 2 anchor sebagai backup pengaman yang diikatkan pada pohon, kemudian membuat anchor utama dengan memanfaatkan batu tembus. Setelah turun kira-kira 2m,leader membuat intermediate dengan memanfaatkan batu tembus untuk menghindari friksi tali. Doro sampai di dasar gua pukul 17.16 dengan kedalaman gua sedalam 52m. Selanjutnya diteruskan penyusur selanjutnya. Setelah semua anggota team sampai di dasar (kecuali Bandeng),kami menyusur gua jomblang.Setelah perjalanan top (tidak ada jalan lagi) pada ornament gua yang cukup besar, kami kemudian melanjutkan kegiatan kami,yaitu pemetaan gua (mapping). Pemetaan berlangsung selama
±3jam. Setelah pemetaan selesai,semua anggota team kembali naik ke atas. Cleaning dilakukan pukul 04.50 WIB dan selesai cleaning pukul 05.30 WIB. Setelah cleaning selesai, kami beristirahat sejenak untuk memulihkan tenaga yang cukup terkuras. Waktu pun menunjukan pukul 09.50 WIB dan kami mulai packing dan kembali ke basecamp jomblang untuk bersih-bersih. Pukul 13.45 WIB kami meninggalkan basecamp jomblang untuk pulang ke semarang, dan kami sampai di semarang pukul 18.45 WIB.
Nah,berakhirlah explorasi kali ini,nantikan cerita petualangan Aldakawanaseta selanjutnya. Ini Ceritaku,Apa Ceritamu???????
Semoga dapat menjadi referesi saudara petualang yang mau menyusur Goa Jomblang.
Salam Lestari!!!!!!!!











SEJARAH CAVING / SUSUR GOA



      Caving atau penelusuran gua, boleh dibilang cukup lama dikenal Indonesia. Persisnya kegiatan ini sudah mulai marak tahun 1980-an, ketika Persatuan Speleologi dan Caving Indonesia (Specavina) dibentuk di Bogor dengan tokoh-tokohnya antara lain dr. Ko King Tjoen, Norman Edwin (alm), Dr. Budi Hartono, dan Effendi Soleman. Mulailah dari sini kegiatan yang jadi hobi baru kala itu menyebar, terutama di kampus-kampus.

Hobi ini agaknya di awal perkembangannya terseok-seok karena yang didalaminya tak melulu keterampilan fisik saja namun juga aspek ilmiahnya. Selain, peralatan yang dibutuhkan pun sulit dibeli di sini. Specavina, ketika itu pula agak selektif membagi ”ilmu” pada peminat. Hanya mereka yang memiliki latar belakang keilmuan atau yang menyukai pengetahuan tentang speleologi yang boleh bergabung. Specavina sebagai pelopor ketika itu sengaja lebih menonjolkan unsur ilmiahnya (speleologi) ketimbang ”olahraganya” (caving).

Salah satu aspek yang harus diketahui penggemar caving adalah pengetahuan dasar geologi. Terutama bagaimana awal gua itu terbentuk, di daerah mana bisa ditemukan, sifat batuannya, jenis gua, dan sebagainya. Dengan dasar pengetahuan ini, caver (penelusur gua) bisa dengan mudah menemukan gua. Sebab, mereka hanya akan mendatangi wilayah yang banyak terdapat batu gamping.
Secara teori demikianlah adanya. Gua banyak terdapat di kawasan batu gamping (karst). Berbekal pengetahuan itu pula jika bisa membaca peta geologi, maka di mana saja sebaran daerah karst, di sana tujuan yang tepat untuk perjalanan melakukan ekspedisi.

Aspek lain yang tak kalah penting adalah biologi gua (biospeleologi). Memang tak harus menjadi ahli biologi dulu baru bisa menekuni caving. Tapi paling tidak dengan modal ”baca-baca” dulu, penelusur gua bisa membandingkan flora fauna antara gua yang satu dengan lainnya. Atau mungkin dia menemukan spesimen baru yang bisa menambah khasanah pengetahuan biologi gua di Indonesia. Dia pun menjadi tahu bagaimana cara menyimpan koleksi itu dengan baik sebelum dibawa ke pakarnya untuk diidentifikasi.

Keunikan
Fauna gua terbilang unik. Semuanya beradaptasi dengan lingkungan gelap abadi tak hanya terbilang puluhan atau ratusan, tapi ribuan tahun. Mereka berevolusi disesuaikan dengan alamnya yang gelap gulita. Di sebuah gua di Amerika pernah ditemukan salamander transparan dan tak bermata (eyeless), bahkan buta (blind). Diduga salamander itu terjebak di dalam gua dan tak bisa keluar.
Untuk bertahan hidup satwa itu mengembangkan indera peraba dan perasanya sedemikian rupa untuk menggantikan fungsi matanya. Lama-kelamaan alat penglihatan itu tertutup selaput karena mubazir.
Begitu pun flora dalam gua yang beradaptasi dengan lingkungan gelap total. Tumbuhan untuk hidup di permukaan memerlukan sinar matahari. Tumbuhan berdaun belum pernah dilaporkan ditemukan di dalam gua. Yang lazim dijumpai adalah aneka jamur yang bentuknya aneh-aneh. Misalnya ada jamur yang memiliki leher yang panjang, dengan topi kecil namun lunglai.
Di Indonesia penemuan satwa gua yang terbilang sensasional pernah terjadi. Tapi sayangnya itu tak tercatat di lembaga resmi pemerintah atau internasional. Di tahun 1980-an, persisnya tahun berapa sudah .lupa, klub penelusur gua Garbhabhumi dari Jakarta ketika terjadi gerhana matahari total, masuk ke Gua Ngerong di Tuban, Jawa Timur. Bentuk gua itu adalah gua air yang merupakan sungai.
Klub yang dipimpin Norman Edwin (alm) saat itu menerobos masuk dan melawan arus dengan perahu karet. Tak sampai satu kilometer, mereka terbentur air terjun. Setelah memanjat air terjun, langkah mereka terhenti sebab di bagian atasnya terdapat mata air. Lorong itu mungkin bisa ditelusuri lebih jauh, namun memerlukan teknik dan peralatan diving. Diputuskan ketika itu untuk stop dan kembali ke luar.
Di bagian inilah mereka secara tak sengaja melihat kelap-kelip di dalam air yang memantul dari sinar lampu. Ternyata barang yang mengkilat itu adalah ikan. Setelah dipelototin lebih dekat lagi, ikan itu tak bermata dan transparan.
Dibalut rasa girang, spesimen itu dibawa ke Jakarta untuk diidentifikasi. Beberapa bulan ikan yang mirip anak tawes itu masih hidup dalam akuarium yang dikondisikan seperti di alamnya oleh Riza Marlon (kini juru foto profesional).
Oleh Yatna Supriatna, kini doktor biologi, temuan itu diidentifikasi sebagai Puntius microps. Sebagai pembanding, satwa eyeless di gua di Amerika atau Eropa baru dijumpai di kedalaman puluhan kilo sampai ratusan. Tapi di Tuban, tak sampai 2 kilometer. Mungkin ini bisa menjadi bahan kajian ilmuwan kita yang tertarik pada cave biology. Jika di sana, gua bisa melahirkan ratusan doktor, mengapa di sini tak bisa? Takut gelapkah, becek dan bayangan mistis tentang gua yang mengakibatkan orang enggan berurusan dengannya?

**Pemetaan Gua**

Masuk gua memang bukan sekadar masuk dan mengagumi keindahan di dalamnya saja. Namun banyak yang harus dikerjakan. Apalagi ketika zaman itu belum banyak perkumpulan penelusur gua sehingga untuk mengklaimnya harus dibuktikan dengan peta dan foto-foto. Keakuratan peta sebuah gua dilihat dari siapa yang membuatnya. Sayangnya kebanggaan dan semangat untuk membuat peta gua oleh klub-klub caving di Indonesia, melempem.

Hal ini berbeda dengan kondisi klub penelusur gua di luar negeri. Mereka begitu getol menyusun peta gua hingga ke hal yang detail. Sampai akhirnya tercipta lambang-lambang khusus dalam pemetaan gua yang jelimet. Jika ada hal khusus yang ditemukan, misalnya speleothems (bentukan gua seperti stalaktit, stalakmit, gourdam, straws, pearls cave dan sebagainya) yang mungkin istimewa bentuknya, biasanya peta itu dibuat irisan dengan gambar detail atau lambang. Di peta tersebut biasanya tercantum grade, semakin tinggi angka yang tercantum dalam grade itu maka semakin akurat peta itu dibuat.
Di sana yang enak adalah generasi selanjutnya. Jika ingin masuk gua tinggal masuk dengan panduan peta. Namun penelusur di sana bukan sekadar mengikuti petunjuk peta.

Bila denah yang dibuat sebelumnya ada kesalahan maka akan dikoreksi dan dilaporkan ke paguyuban penelusur gua. Maka tak mengherankan jika kini hampir pasti peta gua di negara-negara maju, akurat. Semua gua sudah terpetakan yang diikuti dengan data base yang lengkap.
Saking lengkapnya, mereka bisa tahu mana gua yang terpanjang atau yang terdalam di dunia. Gua yang terdalam dan sampai kini belum terpecahkan rekornya adalah Voronja Cave di Georgia, pecahan bekas Uni Soviet, yakni 1.710 meter.

Bayangkan untuk menuruninya berapa panjang tali yang dipakai dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk sampai ke dasar gua. Sementara gua yang terpanjang dan kompleks sekali lorong-lorongnya adalah Mammoth Cave di Amerika Serikat yakni, 563,270 km dan dalamnya -116 m. Lebih lengkapnya silakan klik www-sop.inria.fr/agos-sophia/sis/DB/database.html. Di sini ada sedikit data gua di Indonesia.

Kabar bahwa pemetaan gua tak begitu berjalan di Indonesia, sudah bisa dimaklumi. Karena penggemar caving di sini cenderung menyukai dari sisi olahraga dan petualangannya. Aspek ilmiah bukannya tak menarik, tapi kurang menguasai. Pakar biologi atau geologi yang sesungguhnya di Indonesia, adakah yang membangun tesis dari gua? Kalaupun ada mungkin jumlahnya tak sampai hitungan jari sebelah tangan.

**Incaran Dunia**

Potensi gua di negeri ini sebetulnya tak kalah menarik dengan yang ada di luar negeri. Ketika tahun 1980-an, wilayah ini menjadi incaran caver dunia. Berbagai cara mereka lakukan untuk bisa caving di sini, namun terbentur peraturan yang menyebutkan peneliti asing harus seizin LIPI. Adanya peraturan itu sebetulnya ada bagusnya. Mereka jadi tak seenaknya ”mengeksplorasi” gua di Indonesia. Sayangnya, kesempatan itu tak dipakai oleh penelusur gua kita untuk menjadikan dirinya sebagai yang pertama.

Belakangan seorang ahli geologi yang juga seorang caver berkebangsaan Inggris, Tony Waltham, masuk lewat jalur sebuah departemen. Dia datang konon membantu pengairan di daerah Gunung Kidul yang tandus.

Sebagai pakar geologi, dia tahu betul bahwa air di sana hanya dijumpai di sungai bawah tanah alias di dalam gua-gua. Dia pun paham bahwa Gunung Kidul adalah kawasan karst yang nota bene adalah sarangnya gua yang belum diutak-atik oleh caver mana pun. Sepulangnya dari Indonesia tak lama kemudian terbitlah buku tentang gua-gua di sana, berikut foto-foto yang menawan.
Potensi gua yang masih menjanjikan, menurut peta geologi terletak di Sulawesi dan Papua. Tapi yang menantang adalah yang di Papua. Di peta tertulis selain kawasan karstnya luas, juga ”ketebalannya” mencapai ribuan meter. Artinya, jika ada gua vertikal (pothole) di Papua maka kedalamannya berpotensi mengalahkan Gua Voronja di Georgia!!